Kebertahanan Janda Kristen Batak Toba dalam Hidup Menjanda Setelah Cerai Mati dan Cerai Hidup
DOI:
https://doi.org/10.30995/kur.v6i2.178Keywords:
Batak Toba, dead divorce, divorce, habit, Christian widow, widow, cerai hidup, cerai mati, habitus, janda, janda KristenAbstract
The reality of the persistence of the Toba Batak Christian widows indicates a different habitus to that of most other widows who tend to remarry. This paper aims to determine the habitus that underlies the survival of Toba Batak Christian widows after divorce and divorce by using the theoretical framework or the habitus concept of Pierre Bourdiau. While the research method used in this study is a feminist qualitative research method that emphasizes women as the subject/center of research. Furthermore, it was found that the persistence of Toba Batak Christian widow women to live as widows was related to their habitus as women who have to be strong, hard-working, independent, and tough to support their children. This habitus is obtained from several dimensions of social capital. First, the cultural value of anakonki do hamo-raon diau (children are the most valuable treasure). Second, religious values, namely surrender and surrender of life to God by diligently praying and active-ly worshiping in churches and third, family values in the form of moral and material support from the closest family. This habitus creates a new image that the Toba Batak Christian widow is a hardworking, independent, and strong woman. Abstrak Realitas kebertahanan janda Kristen Batak Toba menjanda meng-isyaratkan habitus yang berbeda dengan habitus kebanyakan janda lain yang berkecenderungan menikah kembali. Tulisan ini bertujuan mengetahui habitus yang mendasari kebertahanan janda Kristen Batak Toba menjanda pasca cerai mati dan cerai hidup dengan menggunakan kerangka teori atau konsep habitus Pierre Bourdiau. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode penelitian kualitatif feminis yang menekankan perempuan seba-gai subyek/sentral penelitian. Selanjutnya, diperoleh bahwa kebertahanan pe-rempuan janda Kristen Batak Toba untuk hidup menjanda ternyata berkaitan dengan habitus mereka sebagai perempuan yang harus kuat, pekerja keras, mandiri dan tangguh menghidupi anak-anaknya. Habitus ini diperoleh dari beberapa dimensi modal sosial. Pertama, nilai budaya anakonki do hamoraon diau (anak adalah harta yang paling berharga). Kedua, nilai religius yaitu berserah dan penyerahan hidup pada Tuhan dengan tekun berdoa dan aktif beribadah di gereja dan ketiga, nilai keluarga berupa dukungan moril dan materiil dari keluarga terdekat. Habitus ini menumbuhkan pencitraan baru bahwa janda Kristen Batak Toba merupakan sosok perempuan pekerja keras, mandiri dan kuatReferences
Arrivia, Gadis. ??SPentingnya Metodologi Feminis⬝, Jurnal Perempuan Nomor 48. Jakarta: Penerbit Yayasan Jurnal Perempuan, 2006
Baiduri, Ratih. ??SLaki-laki Feminis dalam Rumahtangga dan Keluarga Perempuan Pedagang Batak Toba (Inang-Inang) di kota Medan⬝, Konferensi Internsional Feminsme: Persilangan Identitas, Agensi dan Politik (20 Tahun Jurnal Perempuan), 2016. https://www.jurnalperempuan.org.
Bourdieu, Pierre. Choses Dites: Uraian & Pemikiran (edisi terjemahan), Bantul: Kreasi Wacana, 2011.
Data Statistik Penduduk, Kecamatan Medan Baru dalam Angka, 2015
Gultom, SDA. ??SResistensi Janda Batak Terhadap Dominasi System Patriarki Budaya Batak Di Surabaya⬝, repository.unair.ac.id, 2018
Lubis, Fitria Olivia Azizah. ??SKedudukan Janda dalam Hukum Waris adat Batak⬝, Jurnal Lex Jurnalica, Vol.4. No.3, 2007. https://media.neliti.com/media/publications/17968-ID-kedudukan-janda-dalam-hukum-waris-adat.pdf
Munthe, HM. ??SPatriarchal Reproduction of Women Gender Ideology in The Pakpak Family⬝, Indonesia, Junior Scientific Researcher Journal, Vol. 5, No.2.pp.1-15,ISSN:2458-0341, http://www.jsrpublishing.com
Noer, KU. ??SLand, Marriage and Social exclusion: the case of Madurese exile widow⬝, International Congress on Interdisciplinary Business and Social Sciences 2012 (ICIBSoS 2012), Procedia-Social and Behavioral Sciences 65, 180-185. www.sciencedirect.com>pil>pdf 180-185
Nainggolan, TOS. ??SKedudukan Anak Perempuan Dalam Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Toba Di Kecamatan Pontianak Kota Di Kota Pontianak,⬝ Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Nurjannah and R Dewi. The Role of Batak Tobanese womwn as parengge-rengge to enhance the living standards of family at Pajak Horas in Pematang SIantar City, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2018. https://www.researchgate.net>fulltext
Nur Hanna, Salinah. ??SJanda dari masa ke Masa: Upaya Keluar dari Kelindan Kekerasan⬝ dalam Rifka media No. 50, 2012. Janda dari Mitos ke Mitos: Melacak Akar Kekerasan by Rifkamedia-issuu https://issue.com>rifkamedia>docs
Parker and Creese. ??SThe Stigmatisation of Widows and Divorcees (Janda) in Indonesian Society⬝, Vol. 44, No. 128 2016. 1-6, Indonesia and The Malay World, http://dx.doiorg/10.1080/13639811.2015.1111647
Pardede, Erlina. Menelusuri Bentuk-bentuk Kekerasan Perempuan di Masyarakat Adat, Sidikalang: Penerbit Pesada, 2010.
Reinharz, Shulamit. Feminist Methods in Social Research, New York: Oxford University Press., 1992.
Sihotang, AP dkk. ⬝Reposisi Kedudukan Janda (Cerai Mati) Dalam Hukum Waris Adat Batak Dalam Perspektif Gender⬝, journals.usm.ac.id, 2015.
Sihotang, Amri and Mahmuhtarom, HR. ??SReposition of Widow??"s Position (Divorve Due To Death) In BatakCustomaryInheritance Law In Gender Perspective⬝, Journal of Education and Social Sciences, Vol 6, Issue I, (2017). https://www.jesoc.com>2018/03
Tagwa dan Sadewo. ??SKekerasan Simbolik pada Perempuan Janda di Kabupaten Sidoarjo⬝, https://Jurnalmahasiswa.unesa.ac.id, 2016.