Teologi Kebangsaan: Sebuah Tafsir atas Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
DOI:
https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.513Keywords:
godhead, Pancasila, national theology, the first principle, etuhanan Pancasila, sila pertama, teologi kebangsaanAbstract
Since the last 2 (two) decades, Pancasila has received a sharp spotlight in the midst of its finality as the ideology of the Indonesian nation. This shows that the perspective on Pancasila has not depicted an encouraging and constructive trend. If it is specified again, then the spotlight actually leads to the first precept: "Belief in the One Supreme God". This first precept is always brought to the surface as a point of contention as if the discussion has not yet reached a mutual agreement from fellow com-ponents of the nation. The word 'Divinity' is the trigger. By using the qualitative-descriptive method, differences of opinion that develop in the community, both descriptively and normatively will be studied critically and constructively. It is a necessity to make the precepts of the One and Only God as a theological meeting point in the frame of national theology.
Abstrak
Sejak 2 (dua) dekade terakhir ini, Pancasila mendapat sorotan yang tajam di tengah finalitasnya sebagai ideologi bangsa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa cara pandang terhadap Pancasila belum menggambarkan trend menggembirakan dan konstruktif. Bila dispesifikan lagi, maka sorotan tersebut sebenarnya mengarah pada sila pertama: ??SKetuhanan Yang Maha Esa⬝. Sila pertama ini selalu diangkat ke permukaan sebagai titik tengkar, seolah-olah pembahasannya belum juga mencapai kesepakatan ber-sama dari sesama komponen bangsa. Kata ???Ketuhanan??" menjadi pemicunya. Dengan menggunakan me-tode kualitatif-deskriptif, perbedaan-perbedaan pendapat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, baik secara deskriptif maupun normatif akan dikaji secara kritis dan konstruktif. Adalah sebuah kenis-cayaan menjadikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai titik temu teologis dalam bingkai teologi kebangsaan.
References
rif, Syaiful. ??SKontradiksi HTI Atas Pancasila.⬝ Jurnal Keamanan Nasional 2, no. 1 (2016): 19??34.
Dewantara, Agustinus W. Diskursus Filsafat Pancasila. Yogyakarta: PT Kanisius, 2017.
Hajri, Wira Atma, Zulherman Idris, and Masriko Riantono. ??SMeluruskan Penafsiran Tentang Pancasila.⬝ WEDANA: Jurnal Kajian Pemerintahan, Politik dan Birokrasi 5, no. 2 (2019): 50??57.
Hakam, Saiful. ??SThe Interpretation of the First Verse [Ketuhanan Yang Maha Esa] of Pancasila.⬝ Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama 18, no. 1 (2017): 1??10.
Hearn, Jonathan. Rethinking Nationalism: A Critical Introduction, 2006.
Hick, John. An Interpretation of Religion: Human Responses to the Transcendent. The Modern Schoolman. Vol. 68. Hampshire/London: Macmillan Press Ltd, 1989.
Maula, M. Iqbal. ??SPandangan Muhammad Rizieq Shihab Tentang Pancasila.⬝ Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama 2, no. 2 (2020): 71??88.
Moseley, Carys. Nations and Nationalism in The Theology of Karl Barth. Oxford: Oxford University Press, 2013.
Mukhlis, Febri Hijroh. ??STeologi Pancasila: Teologi Kerukunan Umat Beragama.⬝ Fikrah 4, no. 2 (2016): 171.
Novalina, Martina. Di Bawah Kepak Sayap Sang Garuda (Pemahaman, Sikap Dan Tindakan Fundamental Keber-Agama-an Dalam Bingkai Pancasila). Edited by Tim STT Ekumene. 1st ed. Jakarta: Rehobot Literature, 2018.
Saragih, Erman Sepniagus. ??SAnalisis Dan Makna Teologi Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Konteks Pluralisme Agama Di Indonesia.⬝ Jurnal Teologi Cultivation 2, no. 1 (2018): 1??14.
Smith, Anthony D. Nationalism: Theory, Ideology, History. 2nd Editio. Cambridge, UK: Polity Press, 2010.
Yewanggoe, A.A. Umat Kristen Indonesia Dan Pancasila. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021.
??SBegini Ucapan Eggi Sudjana Yang Dianggap Bisa Membuat Kegaduhan - Nasional Tempo.Co.⬝
??SEggi Sudjana: Trinitas Kristen Bertentangan Dengan Sila Pertama Pancasila.⬝
??SPerjalanan Kasus Penghinaan Pancasila Rizieq Syihab | Kumparan.Com.⬝
??SPiagam Jakarta: Isi Dan Kontroversinya Halaman All - Kompas.Com.⬝